Jumat, 24 Oktober 2014

Silogisme, Generalisasi dan Analogi


Pengertian dan Jenis-jenis Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Dan silogisme itu diatur dalam dua proposisi (pernyataan) dan sebuh konklusi (kesimpulan). 
Jenis-jenis silogisme diantaranya sebagai berikut :

1.  Silogisme Katagorial

Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan katagorial. Kemudian proporsi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
contoh :
- semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
- gajah adalah hewan yang dilindungi (premis minor /premis khusus)
- gajah pasti akan mati (konklusi)

2.  Silogisme Hipotetik

Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
contoh :
- Apabila haus saya minum air (mayor)
- Sekarang saya haus (minor)
- Saya haus minum air (konklusi)

3.  Silogisme Alternatif 

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
contoh :
- Rani tinggal di depok atau bandung
- Rani tinggal di depok
- Jadi, Rani tidak tinggal di bandung

4.  Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
contoh :
- Sarah berhak mendapatkan beasiswa karena dia adalah murid yang pintar.
- Sarah adalah murid yang pintar, karena itu sarah layak mendapatkan beasiswa.

5.  Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
contoh :
- Tari masuk kuliah atau tidak (premis 1)
- Ternyata tari tidak masuk kuliah (premis 2)
- Ia tidak masuk kuliah (konklusi)

Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh : 
- Atiqah Hasiholan adalah bintang film, dan ia berwajah cantik. 
- Chelsea Olivia adalah bintang film, an ia berwajah cantik.
Generalisasi : Semua bintang film berwajah cantik. 
Pernyataan "semua bintang film berwajah cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya : Omas juga bintang film, tetapi tidak berwajah cantik

Macam-macam Generalisasi :

  1. Generalisasi sempurna : Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. contoh : sensus penduduk
  2. Generalisasi tidak sempurna : Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki, diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.contoh : Hampir seluruh pria dewasa di indonesia senang memakai kemeja.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah :
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili
2. Sampel harus bervariasi
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/tidak umum

Paragraf Analogi 

Paragraf analogi adalah paragraf yang penalarannya dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan. Dalam membuat paragraf analogi ini kita diharuskan memikirkan 2 hal yang memiliki kesamaan. Proses berfikir ini ialah yang disebut proses berfikir Induktif. Jadi proses berfikir induktif ialah proses berfikir yang bergerak dari pandangan umum lalu menuju kepada penjelasan yang kebih khusus lagi. Atau bisa dengan mudah kita pahami bahwa berfikir induktif bisa dikatakan dengan meletakkan gagasan utama di awal paragraf seperti pada paragraf induktif.

Contoh Paragraf Analogi :
Belajar dengan menggunakan buku dan kertas seperti pedang berkepala dua. Jika menggunakan kertas terlalu banyak dapat menyebabkan hutan gundul dan pemanasan global terjadi. Tapi apabila tidak menggunakan kertas dapat menyebabkan orang tidak biasa belajar dengan baik apalagi yang memiliki tingkat ekonomi terbatas serba salah untuk mengambil keputusan seperti saat menggunakan pedang berkepala dua yang bisa menyerang 2 arah yang berlawanan.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar