Selasa, 23 Desember 2014

Karangan dan Jenis Karangan

1.      Definsi Karangan
Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap Karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea (Lamuddin Finoza, 2009:234). Senada dengan pendapat di atas, E. Kosasih (2003:26), menjelaskan bahwa Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
Pendapat lain dinyatakan Widyamartajaya (1979:9) mengatakan bahwa Karangan itu merupakan ungkapan jiwa manusia yang hendak disampaikan kepada orang lain dan terjadi suatu proses berfikir. Kegiatan mengarang dapat terjadi karena ada maksud atau tujuan dari pengarang dengan melalui tahapan dalam pembuatannya.
Poerwordarmita (1984:445), mengungkapkan bahwa Karangan merupakan uraian tentang sesuatu hasil, dengan demikian pengertian Karangan atau tulisan dapat kita batasi sebagai rangkaian kalimat yang logis, padu, sistematis, yang berisi pengalaman, pikiran atau pelukisan tentang objek suatu peristiwa atau masalah. 
2. Jenis-jenis Karangan
1. NARASI,
Adalah karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa yang susul-menyusul sehingga membentuk alur cerita.
2. DESKRIPSI,
Adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengarkan hal tersebut.
3. EKSPOSISI,
Adalah karangan yang berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan.
4. ARGUMENTASI,
Adalah karangan yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data/fakta/konsep sebagai dasar/alasan/bukti.
5. PERSUASI,
Adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu sesuai keinginan penulis, atau karangan yang bersifat ajakan.
3. perbedaan karangan ilmiah dan karangan non ilmi
  • Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
  • Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
  • Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
  • Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
  • Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
  • Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
  • Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
  • Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
  • Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
  • Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
  • Memperoleh kepuasan intelektual;
  • Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
  • Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
  • Fakta yang disimpulkan subyektif,
  • Gaya bahasa konotatif dan populer,
  • Tidak memuat hipotesis,
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah,
  • Bersifat imajinatif,
  • Situasi didramatisir,
  • Bersifat persuasif.
  • Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
  • Dongeng
  • Cerpen
  • Novel
  • Drama
  • Roman.
4. Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan ataupun  penjelasan-penjelasan  yang ingin diperoleh dalam hal  penelitian, baik yang akan dikumpulkan  lalu kemudian    dianalisa haruslah berdasarkan   fakta-fakta serta  data  yang  nyata. Janganlah penemuan dan pembuktian itu didasar-kan pada daya khayal dan   kira-kira ataupun  legenda-legenda maupun  kegiatan  yang sejenis itu.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus memiliki  sifat bebas dari  prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan yang subjektif. Mennggunakan  suatu fakta harus dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberikan  arti terhadap fenomena yang  sangat kompleks, haruslah  menggunakan  prinsip analisa. Seluruh  masalah harus dicari sebab-musababnya  serta cara pemecahannya dengan memakai  analisa yang masuk akal , Fakta yang mendukung jangan  dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibikin  deskripsinya saja. Akan Tetapi seluruh kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti itu  harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk memecahkan suatu  persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang  hendak  dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran secara  tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran  sang peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang memang  objektif. Ukuran tidak boleh didapat hanya berdasarkan  merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibikin secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang sadar.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran yang besifat  kuantitatif yang biasa  harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus senantiasa  digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan memakai ukuran nominal, ranking dan rating.
5. Sikap dan Langkah-langkah Penulisan Ilmiah
Sikap Penulisan Ilmiah
1.     a) Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
2.     b) Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
3.     c) Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).
 Langkah-langkah (kerangka) penulisan Ilmiah
Cara penulisan karya ilmiah berikut ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:
  • tahap persiapan
  • tahap pengumpulan informasi
  • tahap penulisan karya ilmiah itu sendiri
  • tahap evaluasi
A.    Tahap Persiapan
Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum mulai menulis karya ilmiah?
1.     Pilih topik/masalah.
2.     Rumuskan tujuan.
3.     Telusuri Topik.
4.     Identifikasi pembaca.
5.     Tentukan cakupan atau ruang lingkup karya ilmiahmu.
B.     Tahap Pengumpulan Informasi
Bahan Studi Pustaka
1.     Manfaatkan perpustakaan.
2.     Manfaatkan internet. Seperti yang anda lakukan sekarang. Kelola dan pilah bahan-bahan pustaka.
3.     Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’.
4.     Membuat Kutipan. Wawancara
Ada empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu;
1.     Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai
2.     Mempersiapkan pedoman wawancara
3.     Melaksanakan wawancara
4.     Mengolah hasil wawancara
C.    Tahap Penulisan Karya Ilmiah
Penulisan ini adalah proses penjabaran ide yang sudah kita susun dari persiapan tadi, ditambah dengan pembahasan selama dan setelah proses penulisan. Jangan takut ketika anda mengalami kebuntuan. Berikut ini yang sebaiknya dipertimbangkan:
1.     Mempertimbangkan bentuk karangan
2.     Merumuskan judul
3.     Merumuskan tesis
4.     Meyusun ide dalam bentuk karangan atau outline
  • Tahap Penulisan Draf
§  Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
§  Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
§  Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek  mekanik.
  • Tahap Revisi
§  Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
§  Baca ulang seluruh draf
§  sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman
§  merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
  • Tahap Penyuntingan
§  Perbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan (huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.)
§  Perbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
  • Tahap Publikasi
§  Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
§  Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
D.    Tahap Evaluasi
Pada tahap inilah kita akan mengevaluasi secara keseluruhan tulisan ilmiah kita tadi.
Pada tahap ini kita akan memeriksa fokus, kejelasan ide, bagian yang terlewat sehingga perlu ditambahkan, penepatan kalimat atau diksi supaya lebih sesuai dengan konteks, dan lain-lain.
Ketika melakukan evaluasi ini, ada beberapa kriteria untuk memudahkan pemeriksaan, seperti ini:
1.     Fokus.
2.     Pembangunan.
3.     Organisasi
4.     Gaya
5.     Konvensi
sumber  :  http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/08/pengertian-dan-jenis-jenis-karangan-566867.html
http://robiatuladawiyah995.wordpress.com/2014/11/19/bahasa-indonesia-3/


Jumat, 24 Oktober 2014

Silogisme, Generalisasi dan Analogi


Pengertian dan Jenis-jenis Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Dan silogisme itu diatur dalam dua proposisi (pernyataan) dan sebuh konklusi (kesimpulan). 
Jenis-jenis silogisme diantaranya sebagai berikut :

1.  Silogisme Katagorial

Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan katagorial. Kemudian proporsi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
contoh :
- semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
- gajah adalah hewan yang dilindungi (premis minor /premis khusus)
- gajah pasti akan mati (konklusi)

2.  Silogisme Hipotetik

Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
contoh :
- Apabila haus saya minum air (mayor)
- Sekarang saya haus (minor)
- Saya haus minum air (konklusi)

3.  Silogisme Alternatif 

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
contoh :
- Rani tinggal di depok atau bandung
- Rani tinggal di depok
- Jadi, Rani tidak tinggal di bandung

4.  Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
contoh :
- Sarah berhak mendapatkan beasiswa karena dia adalah murid yang pintar.
- Sarah adalah murid yang pintar, karena itu sarah layak mendapatkan beasiswa.

5.  Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
contoh :
- Tari masuk kuliah atau tidak (premis 1)
- Ternyata tari tidak masuk kuliah (premis 2)
- Ia tidak masuk kuliah (konklusi)

Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh : 
- Atiqah Hasiholan adalah bintang film, dan ia berwajah cantik. 
- Chelsea Olivia adalah bintang film, an ia berwajah cantik.
Generalisasi : Semua bintang film berwajah cantik. 
Pernyataan "semua bintang film berwajah cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya : Omas juga bintang film, tetapi tidak berwajah cantik

Macam-macam Generalisasi :

  1. Generalisasi sempurna : Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. contoh : sensus penduduk
  2. Generalisasi tidak sempurna : Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki, diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.contoh : Hampir seluruh pria dewasa di indonesia senang memakai kemeja.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah :
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili
2. Sampel harus bervariasi
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/tidak umum

Paragraf Analogi 

Paragraf analogi adalah paragraf yang penalarannya dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan. Dalam membuat paragraf analogi ini kita diharuskan memikirkan 2 hal yang memiliki kesamaan. Proses berfikir ini ialah yang disebut proses berfikir Induktif. Jadi proses berfikir induktif ialah proses berfikir yang bergerak dari pandangan umum lalu menuju kepada penjelasan yang kebih khusus lagi. Atau bisa dengan mudah kita pahami bahwa berfikir induktif bisa dikatakan dengan meletakkan gagasan utama di awal paragraf seperti pada paragraf induktif.

Contoh Paragraf Analogi :
Belajar dengan menggunakan buku dan kertas seperti pedang berkepala dua. Jika menggunakan kertas terlalu banyak dapat menyebabkan hutan gundul dan pemanasan global terjadi. Tapi apabila tidak menggunakan kertas dapat menyebabkan orang tidak biasa belajar dengan baik apalagi yang memiliki tingkat ekonomi terbatas serba salah untuk mengambil keputusan seperti saat menggunakan pedang berkepala dua yang bisa menyerang 2 arah yang berlawanan.


Sumber :

Rabu, 08 Oktober 2014

Bahasa Indonesia 2#1

PENALARAN

A. Defenisi Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

B. Macam-Macam Penalaran

  1. Penalaran Induktif adalah adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi. Contoh :
    -Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
    -Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
    kesimpulan —> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
  2. Penalaran Deduktif adalah penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus.Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
    Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
    Contoh : -Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi -DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

PROPOSISI

A. Defenisi Proposisi

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-jenis Proposisi :
  1. Berdasarkan bentuk
  2. Berdasarkan sifat
  3. Berdasarkan kualitas
  4. Berdasarkan kuantitas

B. Bentuk-Bentuk Proposisi

  1. Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan. Contoh : • Semua petani harus bekerja keras. • Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
  2. Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat. Contoh : • Semua petani harus bekerja keras dan hemat. • Paman bernyanyi dan menari.

C. Sifat-Sifat Proposisi

  • Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun. Contoh: • Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat. • Semua daun pasti berwarna hijau.
  • Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif. Contoh proposisi kondisional: • jika hari mendung maka akan turun hujan
    Contoh proposisi kondisional hipotesis:                                           
    • Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira
    • Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira
       Contoh proposisi kondisional disjungtif:
    • Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.

INFERENSI

A. Defenisi Inferensi

Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika . Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif ; kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. inferensi statistikmemungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.

B. Macam-macam Inferensi

  1. Inferensi Langsung adalah Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
                       Contoh:
    ·         Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
    ·         Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
                     
  2. Inferensi Tak Langsung adalah Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.

IMPLIKASI

Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
          “Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
          ”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
          “Matahari bersinar  berimplikasi udara terasa hangat”.
          “Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar.

WUJUD EVIDENSI

Adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai “cara bagaimana kenyataan hadir” atau perwujudan dari ada bagi akal”. Misal Mr.A mengatakan “Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo”, apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan “fakta yang menarik”. Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.

CARA MENGUJI DATA

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. 
·         Observasi      : fakta-fakta yang diajukan sebagai evidansi mungkin belum memuaskan seorang penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya dan juga pembaca, maka harus dilakukan peninjauan atau observasi.
·         Kesaksian     : Untuk memperkuat evidansinya, penulis dapat menggunakan kesaksian-kesaksian orang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut.
·         Autoritas       : Fakta dalam  usaha  menyusun evidansi adalah meminta pendapat dari susatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat.

CARA MENGUJI FAKTA

A. Konsistensi 

Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.

B. Koherensi

Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.

CARA MENGUJI AUTORITAS

Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
  1. Tidak mengandung prasangka : Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
  2. Pengalaman dan pendidikan autoritas : Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
  3. Kemashuran dan prestise  : Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
  4. Koherensi dengan kemajuan : Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

SUMBER :